Sosok tangguh, tak kenal menyerah
Kemiskinan dan kebodohan adalah sebuah lingkaran setan yang sulit diurai. Kemiskinan menyebabkan kebodohan, begitu juga sebaliknya, kebodohan menyebabkan kemiskinan. Angka kemiskinan di Indonesia menurut Badan Pusat Statistik pada bulan Maret 2014, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 28,28 juta orang, sekitar 11,25%. Kepala BPS Suryamin mengatakan, jumlah penduduk miskin berkurang sebesar 0,32 juta orang jika dibandingkan dengan penduduk miskin pada September 2013 sebesar 28,60 juta orang. Menurut dia, selama periode September 2013-Maret 2014 jumlah penduduk miskin daerah perkotaan turun sebanyak 0,17 juta dari 10,68 juta pada September 2013 menjadi 10,51 juta pada Maret 2014. Sementara itu, di daerah pedesaan turun sebanyak 0,15 juta orang dari 17,92 orang pada September 2013 menjadi 17,77 juta pada Maret 2014.
Berdasarkan data di atas rakyat miskin mayoritas berada di pedesaan yaitu sekitar 17,77 juta orang. Mayoritas mata pencaharian masyarakat desa adalah bertani. Potret kemiskinan mereka terlihat dari tingkat pendidikan yang rendah, fasilitas kehidupan yang minim, serta tidak tercukupinya pangan dengan baik. Kondisi ini mengetuk hati seorang muslimah bernama Heni Sri Sundani.
Pengalaman hidupnya sebagai anak seorang petani, menimbulkan motivasi untuk membantu para petani miskin untuk memperbaiki kualitas hidupnya.
Heni Sri Sundani, menggagas pembentukan komunitas Agroedu Jampang. Program unggulannya adalah “Gerakan Anak Petani Cerdas”. Saat ini gerakan anak petani cerdas sudah berhasil dilaksanakan di 5 kampung pra-sejahtera yakni di kampung Babakan Pulo, Cigelap, Sasak, Pulo dan Jampang dengan jumlah murid hampir mencapai 500 orang. Mereka mendapatkan pendampingan belajar gratis seminggu sekali, character building, motivasi class, kelas bisnis, kelas pertanian, memberikan beasiswa kepada siswa yang putus sekolah, siswa yatim-piatu, siswa dari keluarga miskin.
Anak petani sedang belajar mengetik
Sebagai penunjang gerakan anak petani cerdas, Heni pun mendirikan perpustakaan di rumahnya. Anak-anak bebas membaca buku di sana. Heni sangat senang melihat anak-anak begitu antusias membaca buku diselingi keriuhan candaan mereka.
Selain fokus pada bidang pendidikan, Heni bersama komunitasnya berusaha untuk membantu meningkatkan penghasilan petani melalui berbagai cara. Di antaranya adalah memberikan penyuluhan pertanian, membantu pemasaran hasil pertanian, dan melibatkan petani dalam program wisata pendidikan pertanian Jampang. Untuk program yang terakhir ini Heni mencari komunitas atau instansi yang mau belajar bertani, para petani inilah yang menjadi pemandu sekaligus memasarkan hasil pertaniannya.
Langkah Heni tidak terhenti dalam bidang pendidikan dan pertanian.
Peningkatan kualitas kehidupan petani menjadi sasarannya. Bentuk kegiatannya berupa penyelenggaraan Posyandu, pemberian makanan sehat, pendirian WC, dan pembuatan sumur bor. Bahkan memperbaiki rumah warga pun dilakukan.
Bidang keagamaan pun tidak luput dari perhatian Heni. Pembangunan dan perbaikan masjid menjadi agenda kegiatan. Selain itu Heni bersama komunitasnya menggagas pengajian setiap pekan di kampung-kampung binaannya. Pembinaan kawula muda pun menjadi salah satu kegiatannya.
Anak petani yang putus sekolah kembali belajar
Heni yang pernah bekerja di Hongkong dan melanjutkan kuliah di sana terus mencari inovasi dan relasi untuk membantu petani. Usahanya ini tentunya tidak akan berjalan tanpa adanya dana. Maka Heni pun berusaha untuk mencari donatur.
Dengan segala jerih payahnya membantu petani dan semua dilakukan tanpa pamrih, maka Heni layak mendapat gelar pahlawan. Di zaman sekarang ini sulit mencari sosok yang rela berkorban untuk kepentingan orang lain. Di zaman ini orang lebih asyik memikirkan kehidupannya sendiri dan tidak peduli pada kesusahan orang lain. Kehadiran Heni ibarat setitik embun di padang tandus. Kehadirannya memberikan harapan pada anak negri yang keberadaanya terpinggirkan.