Melatih Anak Mandiri

“Mi, besok aku mau puasa …,” ujar si sulung yang belum genap lima tahun.

 Saya dan suami melongo mendengarnya. Saya berpikir, paling dia hanya ikut-ikutan saja. Paling kalau lapar juga minta makan. Ternyata dugaanku meleset, dia berpuasa sampai magrib, tanpa rewel sedikit pun.

Pada kesempatan yang lain, kami mengikuti acara di KJRI. Ketika saya sedang sholat, puteri kedua saya nangis.

“Mi, mau pipis …,” rengeknya.

“Ayo sini, Teteh antar!” terdengar si sulung menangani adiknya. Ia pun membawa sang adik ke kamar mandi.

“Hebat banget tuh, Bu. Anak-anak saya sudah besar saja tidak seperti itu sama adiknya.” Seloroh seorang ibu.

Puteri sulung saya memang lebih dewasa dari usianya sendiri. Ketika berusia 2,9 tahun adiknya lahir. Walaupun, punya adik ketika usianya masih kecil, tidak membuatnya cemburu. Sifat dewasanya sudah tampak, ia tidak cengeng dan tergantung pada orangtua. Saya ingat betul, ketika ia baru berumur dua tahun sudah pingin sekolah. Akhirnya kami sekolahkan di Play group. Saya hanya antar-jemput, tidak ditungguin seperti teman-temannya yang lain. 

Sejak awal, kami berusaha mendidiknya berani. Sejak lahir ia tidur terpisah dari kami. Walaupun masih dalam satu kamar. Ternyata kebiasaan ini memudahkan kami untuk membiasakan ia tidur di kamarnya sendiri. Sejak usia dua tahun, ia tidur sendiri di kamarnya tanpa kami temani. Terkadang tengah malam bangun minta minum, setelah itu tidur lagi. Setelah besar, ia mengajari adik-adiknya untuk tidur terpisah. Hal ini tentunya sangat membantu kami untuk mendidik adik-adiknya.

Kami tidak mengajarinya berjalan dengan menggunakan baby walker. Kami mengajari secara manual dengan memegang tangannya, atau pegangan pada kursi. Hal ini untuk melatih kemandiriannya, tidak membiasakannya untuk tergantung pada alat. Ketika sudah bisa berjalan, tidak selamanya kami pegangi. Jika jalannya aman, maka sengaja kami lepas. Sesekali terjatuh, tidak mengapa. Hal ini ternyata mengajarkan banyak hal untuknya. Si sulung menjadi sosok yang mandiri, tidak cengeng dan pemberani.

Kami pun sering mendongeng untuknya. Bercerita tentang banyak tokoh yang tangguh dan pemberani. Menceritakan berbagai peristiwa, yang bisa mengasah kepekaannya.

Kini, ia sudah berusia 14 tahun. Menurut pandangan banyak orang, pribadinya dewasa. Hal ini ditunjukkan dengan memiliki rasa tanggung jawab dalam belajar. Dengan kesadaran sendiri, ia belajar sendiri. Bahkan, ia pun mengajari adik-adiknya.Ia ringan tangan dalam membantu pekerjaan rumah. Hebatnya, ia sering merancang kejutan di hari ulang tahun kami dan selalu menyiapkan hadiah.

Puteriku, semoga engkau menjadi sosok yang menebar manfaat untuk orang banyak.