Kemiskinan bukanlah penghalang untuk sekolah tinggi dan meraih kesuksesan. Kerja keras dan ketekunan adalah modal utama untuk meraih kesuksesan. Itulah yang dibuktikan oleh seorang putra petani miskin bernama Khoirul Anwar.
Khoirul Anwar dilahirkan di Kediri pada 22 Agustus 1978 dari seorang ibu bernama Siti Patmi. Ayahnya bernama Sudjianto. Orangtua Khairul bermata pencaharian sebagai petani di pelosok desa. Mereka hidup sangat sederhana. Himpitan ekonomi semakin terasa mencekik, tatkala ayah Khoirul meninggal dunia pada 1990. Saat itu Khoirul kecil baru lulus sekolah dasar. Walaupun kondisi kehidupan keluarganya serba sulit, Khoirul pantang menyerah. Ia ingin melanjutkan sekolah setinggi mungkin, walaupun kedua orangtuanya tidak lulus sekolah dasar. Hingga sang ibu bekerja keras untuk membiayai sekolah putra kesayangannya.
Allah Swt. berjanji akan memberi kecukupan rezeki bagi para pencari ilmu, hal sangat dirasakan oleh Khoirul selama sekolah. Seringkali ia mendapat bantuan dari orang-orang di sekitarnya, salah satunya adalah mendapat tempat tinggal gratis ketika melanjutkan Sekolah Menengah Atas di kota Kediri. Kemudian Khoirul mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah di ITB Bandung. Selama kuliah di ITB praktis Khoirul tidak minta biaya kepada orangtuanya. Ia pun berhasil lulus dengan menyandang gelar cum laude di tahun 2000.
Kegigihan, kesabaran dan ketekunan Khoirul membuahkan hasil. Ia mendapat kesempatan melanjutkan studi S-2 di negri matahari terbit tanpa mengeluarkan biaya sepeser pun alias mendapat beasiswa. Khoirul sangat bersyukur atas kemudahan yang Allah Swt. berikan ini, ia menjawab dengan belajar lebih giat lagi, sehingga bisa lulus tepat waktu dari Nara Institute of Science and Technology (NAIST). Tidak sampai di situ Khoirul pun kembali mendapatkan beasiswa S-3 di universitas yang sama.
Karier Khoirul semakin bersinar ketika ia berhasil menemukan teknologi 4G berbasis OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing). Hasil penemuannya tersebut sudah dipatenkan atas nama dirinya. Penemuan teknologi 4G berbasis OFDM diawalinya dengan ide mengurangi daya transmisi untuk meningkatkan kecepatan transmisi data. Penurunan daya dilakukan hingga 5dB saja (100.000 = 10 pangkat 5 kali lebih kecil dari teknologi sebelumnya) dan hasilnya kecepatan transmisi meningkat.
Pada paten keduanya, Khoirul Anwar kembali membuat dunia kagum, kali ini adalah menghapus sama sekali guard interval/GI, tentu saja ini malah membuat frekuensi yang berbeda akan bertabrakan, alih-alih menambah kecepatan. Namun, anak Indonesia asli asal Kediri ini mengkompensasi risiko tersebut dengan mengembangkan algoritma khusus di laboratorium, hasilnya interferensi tersebut dapat diatasi dengan unjuk kerja yang sama seperti sistem biasa dengan adanya GI.
Berkat hasil penemuannya itu, Khoirul diundang sebagai dosen tamu di beberapa negara, termasuk negara-negara Eropa. Sekaligus mengarkannya meraih gelar tertinggi dalam bidang keilmuan yaitu gelar profesor di usianya yang masih sangat muda. Khoirul pun seringkali mendapat penghargaan, di antaranya IEEE Best Student Paper Award of IEEE Radio and Wireless Symposium (RWS) 2006, di California dan yang terbaru mendapat Bakri Awward ke-12 di tahun ini.
Satu hal yang sangat mengagumkan dari bapak empat orang anak ini adalah sikapnya yang rendah hati. Khoirul bahkan tidak sungkan untuk turut membantu istrinya mengasuh buah hati mereka. Alhasil keempat anaknya sangat dekat dengannya. Kini bersama keluarganya, Khoirul tinggal di Kanazawa Jepang, bekerja di salah satu universitas sebagai dosen. Di tengah keberhasilannya itu, Khoirul masih menyimpan keinginan kuat untuk kembali ke tanah air dan mengabdikan diri. Namun sayang, hingga saat ini impiannya itu belum terwujud.