Pendidikan anak menjelang remaja adalah sangat penting. Tahapan pendidikan pada fase ini berkaitan erat dengan fase pendidikan anak usia dini. Ketika anak mendapat pendidikan yang tepat di usia dini, maka tidaklah sulit mendidiknya pada fase ini. Pendidikan anak usia dini adalah pondasi proses pendidikan pada tahap selanjutnya.
Anak-anak di usia pra-baligh (7-14 tahun) punya karakter yang berbeda dengan usia sebelumnya, tetapi mereka pun tidak bisa disamakan dengan anak remaja. Di sinilah orangtua harus bijak bersikap, apalagi jika memiliki anak lebih dari satu dengan usia yang berbeda-beda. Orangtua dituntut untuk bisa bersikap tepat kepada semua anak-anaknya.
Kita akan memanen dari anak kita, ketika mereka berusia 18 tahun ke atas, sesuai dengan yang kita tanam ketika meraka berusia 12 tahun ke bawah. Anak-anak usia pra-remaja ini sedang berusaha mencari identitas dirinya, rasa ingin tahunya sangat besar. Timbulnya kenakalan pada remaja, penyebab utamanya adalah kegagalan mendidik mereka di usia pra-remaja.
Apa yang harus dilakukan orangtua agar sukses mendidik buah hatinya?
1. Berdamai dengan diri sendiri.
Orangtua pun manusia biasa, pasti punya masalah. Orangtua harus berusaha untuk berdamai dengan semua masalahnya, kemudian membuang sampah tersebut. Jangan sampai anak menjadi pelampiasan dari keruwetan masalah yang dihadapinya. Ketika memasuki rumah, maka orangtua harus membuang terlebih dahulu masalah di tempat kerja. Sehingga bertemu dengan anak dalam kondisi hati yang enak dan nyaman. Anak bisa menaangkap kegundahan hati orangtuanya dan akan membuat mereka tidak nyaman yang pada akhirnya menjauh dari orangtuanya.
2. Kenali dan pahami anak kita.
Anak pun manusia biasa, pastinya punya karakter tertentu yang harus dipahami orangtuanya. Ada anak yang periang, cerewet, mudah cerita. Tapi, ada juga anak yang pendiam, tidak mudah cerita dan senang menyendiri. Orangtua harus memahami bagaimana karakter anaknya dan apa yang harus dilakukan untuk membimbing anak-anaknya.
3. Pahami agenda masing-masing
Anak tujuh tahun ke atas biasanya sudah punya agenda kegiatan sendiri bersama teman-temannya. Orangtua harus memahami kebutuhan mereka untuk bersosialisasi, tetapi jangan sampai kehabisan kesempatan bersama anaknya. Ada baiknya, ketika mengajak anak bepergian tidak bentrok dengan agenda anak bersama temannya.
4. Terapkan KNK.
Yaitu komunikasi, negosiasi, dan konsekwensi. Orangtua sebaiknya menjalin komunikasi yang sehat dengan anaknya. Jadilah tempat curhat yang nyaman bagi anak-anaknya, sehingga ketika anak galau ia akan lari kepada orangtuanya bukan kepada orang lain. Komunikasi sehat ini harus dibangun ketika anak masih kecil.
Negosiasi, maksudnya orangtua tidak langsung mengiyakan semua keinginan anak, tapi lakukan negosiasi. Misalnya ketika anak ingin menonton, orangtua melakukan negosiasi agar jam nontonnya dikurangi, film apa yang boleh ditonton, dan lain sebagainya.
Konsekwensi, anak dibiasakan untuk menerima konsekwensi dari sikap yang diambilnya. Orangtua tidak selalu membantu keperluan anak, biarkan mereka belajar mengurus sendiri, sehingga ada konsekwensi yang akan dia terima. Misalnya anak malas membereskan meja belajar, biarkan saja jangan dibantu dibereskan sehingga anak merasakan akibatnya.
5. Penuhi kebutuhan anak sesuai fase usianya dan jenis kelaminnya. Misalnya anak perempuan, harus lebih sering diajak bepergian sama ayahnya, ajak makan, dan belanja. Biarkan ia cerita pada ayahnya. Hal ini sangat efektif untuk mencegahnya dari pergaulan bebas dengan lawan jenis karena sudah terpenuhi kebutuhannya. Begitu pun anak laki-laki, harus kompak dengan ibunya. Jadilah ibunya yang in-group dengan anak laki-lakinya.
6. Menjadi teladan
Pada usia pra-remaja ini, anak lebih senang melihat contoh daripada perintah, maka orangtua harus menjadi contoh yang baik bagi anak-anaknya.
7. Diskusi
Anak pra-remaja pasti akan mengalami banyak hal yang tidak pernah dialami sebelumnya. Kita biasakan untuk berdiskusi dengan mereka tentang apa saja yang mereka ingin tahu. Daripada mereka bertanya pada orang lain yang tidak jelas pemahamannya. Jika rasa penasaran mereka terpuaskan di rumah, mereka tidak akan mencarinya di luar.